TALES OF A MERE CREATION WHO TRIES TO WALK TOWARD ITS TRUE SELF - HUMANITY IS ALWAYS ON JOURNEY

Jumat, 02 Juli 2010

Refleksi Surat Galatia

HUKUM TAURAT DAN KEGIATAN GEREJA: REFLEKSI SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA
SEBUAH ANALOGI

Dalam kehidupan begereja, kita pasti tidak tak berurusan dengan suatu pelayanan. Tugas - tugas dalam ibadah, pembesukan, bakti sosial, dan kegiatan - kegiatan gerejawi lainnya. Tentu saja ini bukan suatu yang tidak lazim. Alkitab mendorong kita untuk melakukan pelayananan sebagai orang yang telah diselamatkan. Tujuannya untuk membawa banyak orang datang kepada Kristus dan membawa syalom bagi dunia.

Seringkali kegiatan pelayananan kita menuntut ketekunan dan kegigihan kita. Melakukan penjadwalan rutin tiap minggu misalnya bisa menjadi sesuatu yang sangat menjemukan. Belum lagi, jika kita mengalami friksi dengan saudara sepelayanan kita - yang notabene cepat atau lambat pasti kita akan alami. Kegiatan non rutin bisa lebih membawa tekanan pada diri kita. Perencanaan bakti sosial - atau kegiatan lainnya - yang sudah menjelang hari H biasanya menaikkan hawa di sekitar gereja menjadi lebih hangat karena berbagai tuntutan untuk segera diselesaikan. Akhir kegiatan pelayanan pun belum tentu menyenangkan dan melegakan. Evaluasi bagi banyak orang adalah saat - saat yang justru paling menegangkan di dunia pelayanan. Perdebatan mengenai oknum yang salah sering mewarnainya. Pelayanan sangat meminta kerja keras kita di segala bidang.

Ketekunan dan kegigihan tentu saja baik untuk kita. Kita menjadi lebih tahan uji dan lebih kuat dalam mengahadapi tantangan di dunia. Tidak hanya untuk pelayanan kita secara gerejawi, namun juga untuk diri kita sendiri. Masalah yang kemudian timbul adalah ketika ketekunan pelayanan justru membawa kita pada suatu keterikatan tertentu di dalam gereja. Keterikatan yang saya maksudkan adalah bukan keterikatan kepada Kristus sang Juru selamat, melainkan justru keterikatan kepada kegiatan pelayanan - apapun bentuknya - di dalam gereja. Karena itu, saya kembali terdorong untuk menuliskan artikel ini setelah membaca 6 pasal dari surat Paulus kepada Jemaat Galatia dan mencoba menghubungkannya dengan pelayanan kita saat ini. Memang tulisan ini masih banyak kekurangannya, maka saya memohon Tuhan juga bekerja melalui kritik pembaca untuk memperbaiki dan melengkapinya untuk perkembangan iman kita bersama ke arat Kristus.

"Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain," Galatia 1:6

Surat Galatia sering disebut sebagai surat kemarahan Paulus. Di dalamnya terkandung banyak pembelaan Paulus atas dirinya sebagai seorang rasul dan ajarannya. Surat ini terutama membicarakan mengenai hubungan hukum Taurat, terutama mengenai sunat, dengan keselamatan oleh Kristus.

Sedikit melihat ke belakang saat surat ini ditulis, jemaat Kristen non Yahudi (terutama Yunani) saat itu sudah banyak. Paulus yang menyebarkan Injil kepada orang - orang ini. Seiring perkembangan jemaat "kafir" ini di dalam jemaat Yahudi timbul suatu konflik pendapat. Apakah orang Kristen non Yahudi perlu melakukan sunat dan ritus Yahudi lainnya atau tidak. Ritus ini tentu dianggap sangat penting bagi kalangan Yahudi.

Suasana di Galatia ikut terpengaruh dalam perdebatan ajaran ini. Beberapa oknum pro Yahudi masuk ke dalam jemaat Galatia untuk menyebarkan "kewajiban" mengikuti ritus Yahudi. Paulus kemudian menuliskan surat ini untuk menjadi semacam pelurusan ajaran kepada jemaat Galatia yang pernah dia bimbing itu. (pasal 1 - 2)

Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Galatia 3:3

Lalu apa hubungan isi surat ini dengan topik yang saya tuliskan kali ini? Kehidupan pelayanan kita yang menuntut konstentrasi ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan hukum Taurat yang coba dimasukkan orang Yahudi ke dalam jemaat non Yahudi. Pelayanan seringkali mengalihkan kita dari Kristus kepada ritus - ritus gerejawi yang sebenarnya bukan esensi.

Fokus kita bukan lagi mengerjakan keselamatan kita dengan melakukan pelayanan gerejawi. Sebaliknya, kita justru terkekang pada melakukan pelayanan sebagai suatu kewajiban. Kita dituntut tanggung jawab pada komitmen kita pelayanan.

Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat." Galatia 3: 10

Benar bahwa pelayanan tidak pernah diwajibkan dalam gereja, sementara hukum Taurat wajib bagi orang Yahudi. Yang saya bicarakan disini kembali lagi adalah fokus kita. Pasti ada dorongan dalam diri kita - terutama yang sudah pelayananan (saya mencoba realistis di sini, berapa dari kita yang membaca ini yang ikut pelayanan di gereja? =3) untuk melaksanakan tanggung jawab kita. Melaksanakan tanggung jawab tidak pernah salah. Yang seringkali salah justru alasan kita mau melaksanakan tanggung jawab itu. Fokus kita yang seringkali salah.

Hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun. Galatia 3:24-25

Tentu saja saya sesat jika kemudian berkata pelayanan tidak perlu karena ada ayat ini. Kembali lagi ini hanya analogi. Karenanya, ayat ini tentu tidak boleh diartikan dengan mengubah istilah hukum Taurat dengan pelayanan. Yang dimaksud di sini (pasal 3 perikop kedua dan pasal 4) adalah bahwa pelayanan kita seharusnya tidak lagi menjadi suatu tuntutan yang "mati". Motivasi pelayanan kita tidak boleh hanya untuk pelayanan itu sendiri seperti hukum Taurat yang legalistik. Pelayanan seharusnya dapat menjadi penerapan iman kita kepada Kristus sebagai suatu realita bukan sebagai suatu rutinitas belaka.

Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Galatia 5:1

Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih. Galatia 5:6

Pelayanan yang benar adalah pelayanan yang mencerminkan kebebasan kita di dalam Kristus. Jangan kita terkekang lagi dengan rutinitas yang menjemukan namun kita harus melakukan pelayanan kita dengan bebas. Tentu saja saya tidak berkata anda bebas "pergi" demikian saja. Tanggung jawab tetap ada. Tinggal bagaimana kita menanggapi tanggung jawab itu, bagaimana fokusnya. Seorang kolega saya memiliki pola pikir yang sangat baik yang saya rasa patut kita contoh juga. "It's all about our perceptive" katanya.

Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Galatia 5:14

Pelayanan yang benar dilandasi kasih. Di dalam pelayanan, kasih harus menjadi yang utama, seperti layaknya hukum Taurat yang diadakan awalnya agar manusia saling mengasihi. Ketika ada friksi dan konflik, itu memang tak terelakkan. Kasih tidak berarti selalu berbaik - baik dengan orang lain. Kasih juga berarti mencambuk untuk kebaikan. Karenanya konflik dalam pelayanan juga harus kita tanggapi sebagai suatu yang akan mengembangkan diri kita.

Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Galatia 6:7

Ketika pelayanan kita salah motivasi, janganlah kita bebal. Kita harus merendahkan diri karena kita hanyalah "pelayan". Tuhan melihat segala yang kita perbuat dan lebih lagi Dia tahu yang terbaik untuk kemuliaan-Nya dan perkembangan kita. Karenanya marilah kita sama - sama mau dibentuk oleh-Nya.

Demikianlah akhir dari sebuah refleksi singkat kenyataan pelayanan kita. Kembali lagi, pasti masih banyak kekurangan dari penulisan ini mengingat surat Galatia ada 6 pasal dan saya hanya memakai beberapa ayat saja. Karenanya kritik, saran, masukan, tambahan, cercaan juga boleh asal bermutu, saya harapkan dari teman - teman sekalian. Dan seperti Paulus tuliskan di menjelang akhir suratnya, "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. (Galatia 6:9-10)" , mari kita juga saling berbuat baik bagi sesama untuk membawa syalom ke dalam pelayanan kita di gereja dan dunia secara luas! Tuhan Yesus memberkati kita. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

change post's font color

 
Sign In | BloggerThemes | About Me | Contact Me | Help | Usage Rights

Copyright © 2011 THE WAY TO THE DAWN by Jaxo Leingod
Designed by Templatemo | Converted to blogger by BloggerThemes.Net