TALES OF A MERE CREATION WHO TRIES TO WALK TOWARD ITS TRUE SELF - HUMANITY IS ALWAYS ON JOURNEY

Senin, 14 Juni 2010

Makhluk Sosial: Refleksi Acara Pencarian Bakat

Makhluk Sosial
Refleksi dari Sebuah Acara Pencarian Bakat

Minggu malam kemarin (13 Juli 2010), alih - alih menonton piala dunia, saya justru menonton acara pencarian bakat di salah satu stasiun televisi. Saya merasa acara ini sangat baik untuk mengeksplorasi kemampuan - kemampuan di seuruh Indonesia yang selama ini belum terekspos. Layaknya kontes, tentu saja ada yang harus mundur karena kalah kuota maupun kalah kemampuan. Meskipun demikian ada hasil dari minggu malam kali itu yang agak mengusik pemikiran saya sehingga ingin menuliskan sebuah artikel untuk refleksi kita bersama. Semoga refleksi ini dapat berguna untuk membantu kita menghargai orang - orang di sekitar kita untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

Di akhir sesi, salah satu unggulan saya berhadapan dengan salah satu saingannya yang memang tidak kalah menarik. Jagoan saya lebih tua beberapa tahun dari saingannya, sehingga dari segi kemampuan, dia (saya rasa) bermain lebih baik dibandingkan saingannya. Jelas saja, usia akan selalu berbanding lurus dengan pengalaman. Dari segi daya tarik, saingannya saya rasa memiliki charm yang lebih dibanding dengan jagoan saya. Kita mengingat biasanya pada usia yang lebih muda (anak - anak), orang cenderung dinilai lebih menarik dan lucu dibandingkan saat mereka dewasa. Tingkah polah yang "menjengkelkan" seringkali justru membuat orang yang lebih dewasa tertawa dan menjadi momen yang sangat menarik untuk diabadikan. Tentu saja ini juga termasuk saingan jagoan saya ini. Masing - masing kandidat memiliki keunggulannya sendiri.

Pada akhirnya jagoan saya harus kalah dari saingannya itu. Agak mengecewakan memang. Penjelasan juri memberikan sesuatu yang logis, sangat reflektif, dan juga menunjukkan hal yang khalayak luas pandang baik dalam hidup bermasyarakat. Juri menjelaskan bahwa unggulan saya memiliki skill yang baik, namun kurang baik dalam berkolaborasi karena terbiasa bermain sendiri. Ini akan menjadi semacam halangan karena kita tidak bisa melakukan semuanya sendirian. Perlu keterlibatan orang lain juga saat kita ingin maju.

"Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." Amsal 15:22

Alkitab jelas bebicara mengenai kita sebagai makhluk sosial. Salah satunya terdapat di Amsal 15. Pasal ini berisi berbagai nasihat bagaimana orang berhubungan dengan sekitarnya. Ayat - ayatnya berbicara bagaimana orang lain sangat penting untuk perkembangan diri kita.

Secara khusus pada Amsal 15:22 diulas bahwa rancangan akan gagal tanpa pertimbangan dan terlaksana jika banyak penasihat. Penasihat di sini dalam bahasa aslinya rob yoatsim adalah penasihat kerajaan. Sebuah negara akan hancur atau paling tidak menjadi sangat lemah jika pemimpinnya tidak mau mendengarkan kata penasihat- penasihatnya. Raja tidak bisa bukan mengatur semuanya? Mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya. Terlalu banyak aspek untuk dijalankan sendiri.

Demikian pula kita sebagai manusia. Kerajaan diri kita tidak bisa kita perintah sendiri. Tidak semua hal kita mengerti. Kita memerlukan orang lain untuk mengajar kita, mengingatkan kita saat kita mulai serong, bahkan menegor dan memukul kita saat kita bersalah. Kita perlu orang lain untuk berkembang. Di saat yang sama, orang lain juga membutuhkan kita untuk maju. Kita melihat orang lain sebagai dunia kita, begitu pula orang lain melihat kita sebagai dunianya. Manusia memerlukan sesamanya untuk maju.

"Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!" Amsal 15:23

Banyak penafsir menafsirkan ayat ini sebagai lanjuan dari "debat" yang mungkin dapat terjadi di ayat 22. Ayat 23 ini berbicara dengan latar belakang orang Yahudi yang sering melakukan berdiskusi. Dari ayat ini, kita dapat belajar bahwa sebelum berkata melawan kritik yang diberikan kepada kita, kita perlu berpikir dan merefleksikannya terlebih dahulu, supaya kita dapat bersukacita atas jawaban kita.

Kita sering bersikap defensif saat diberikan kritikan. Kita merasa telah melakukan hal yang benar. Bahkan seringkali pula sikap defensif kita memicu sebuah pertikaian. Tentu saja pertikaian ini justru membawa kita pada keangkuhan yang lebih tinggi. Kita merasa semakin benar. Namun Alkitab saat ini mengajarkan untuk kita berpikir dahulu sebelum menjawab. Berpikir mengenai pebuatan kita dan jua apakah kita memang perlu memberikan jawaban. BUkankah lebih baik diam dan berpikir daripada berbicara semau kita?

Ketika ternyata memang kita telah melakukan hal yang benar atau berkata benar, Alkitab juga mengajarkan "follow up" nya kepada kita. Bagian kedua pada ayat 23 mengingatkan kita untuk selalu berkata tepat pada waktunya. Lebih baik mnedengar dahulu daripada memulai perdebatan yang ujungnya akan berakhir kepada pertengkaran. Pertengkaran memang bisa membawa perkembangan kepada hidup kita. Namun seringkali pula pertengkaran justru membawa kita tidak mau diubah oleh orang lain. Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita kepada orang lain, sekalipun itu sebenarnya adalah ayng terbaik untuk kita dan orang lain.

Paulus mengingatkan kita, "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Roma 12:18)". Kita perlu mengakui bahwa kita membutuhkan orang lain untuk kita berkembang dan orang lain membutuhkan kita. Ketika kita merasa benar, kita perlu merefleksikan kebenaran itu dahulu, karena pandangan orang terhadap kebenaran adalah sangat subjektif. Semoga refleksi ini dapat mengembangkan kita ke arah yang lebih baik. Tuhan memberkati pelayanan kita di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

change post's font color

 
Sign In | BloggerThemes | About Me | Contact Me | Help | Usage Rights

Copyright © 2011 THE WAY TO THE DAWN by Jaxo Leingod
Designed by Templatemo | Converted to blogger by BloggerThemes.Net