TALES OF A MERE CREATION WHO TRIES TO WALK TOWARD ITS TRUE SELF - HUMANITY IS ALWAYS ON JOURNEY

Senin, 27 September 2010

Sang Wakil Rakyat

SANG WAKIL RAKYAT
Refleksi Kecil Keprihatinan Seorang Mahasiswa akan Bangsanya

Seringkali kita tersenyum ketika mengamati kinerja anggota DPR saat ini, meski bukan senyum bangga atau bahagia, melainkan senyuman getir dan prihatin. Tentu saja hal ini tidak mengherankan melihat kegiatan wakil-wakil kita di Senayan tersebut. Agenda wakil rakyat akhir-akhir ini justru dipenuhi berbagai kasus. Mulai dari pemeriksaan 26 anggota DPR atas kasus penyuapan dan korupsi hingga pertimbangan ‘renovasi’ gedung DPR agar tiap anggota memiliki ruangan sendiri, belum dengan kolam renangnya.

Ironis sekali memang mengingat gaji anggota DPR yang tinggi dan pasti sanggup mencukupi kebutuhan mereka. Lebih ironis lagi jika melihat banyak sisi dalam negara ini yang masih membutuhkan pengembangan dengan dana yang besar misalnya bidang pendidikan dan kesehatan.

Program pendidikan gratis yang telah berjalan ternyata masih menyisakan masalah pula. Alokasi dana yang disalurkan melalui dana BOS ternyata juga belum terdistribusi sempurna. Banyak sekolah yang tidak mendapatkannya sehingga menarik uang kepada anak didik. Tentu saja ini memberatkan murid-murid dengan ekonomi lemah. Bahkan kasus terakhir yang memprihatinkan adalah seorang murid gantung diri karena tidak mampu melanjutkan sekolah.

Di bidang kesehatan, banyak pula warga miskin yang ternyata belum terjangkau Askeskin. Program ini sebenarnya telah lama dilaksanakan pemerintah. Nyatanya, pengurusan Askeskin seringkali dikeluhkan masyarakat karena bertele-tele dan kadang dipungut biaya oleh oknum tertentu. Belum lagi peralatan medis standar yang terkonsentrasi hanya di kota besar relatif mempersulit pengobatan dan memperbesar biaya perawatan. Akibatnya banyak pasien miskin yang memilih tidak memeriksakan diri karena kekurangan biaya.

Lalu mengapa kebijakan DPR akhir-akhir ini cenderung mengarah kepada pemuasan diri mereka? Biaya besar untuk menjadi seorang anggota DPR tentu menjadi asal mengapa ini terjadi. Kita ingat beberapa waktu lalu, kampanye dengan spanduk di mana-mana, tempelan brosur ‘Pilihlah Saya’ tersebar di sana-sini, sumbangan dari ‘Saya’ di berbagai instansi sosial dan banyak tingkah money politics lainnya. Hasilnya ada yang terpilih ada yang tidak. Yang terpillih jelas ingin modal kembali dengan segera, sementara yang tidak terpilih menjadi stres karena rugi. Sumbangan diminta kembali, rehabilitasi psikologis dan lain sebagainya.

Akhirnya, tidak banyak yang bisa kita lakukan sebagai warga negara. Bukan wewenang kita mengubah sistem yang ada. Berdemo mungkin bisa dilakukan, namun itupun tidak menjamin adanya perubahan yang berarti. Salah satu yang kita bisa lakukan ialah tetap mengawasi perkembangan pemerintahan melalui berbagai media. Melalui media, pemerintah dipaksa untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan kepentingan publik. Penegakan hukum dan keadilan mudah dipantau melalui alat ini. Tinggal kita dituntut untuk tetap kritis dalam menilai suatu pemberitaan.

Hal lain yang penting pula kita lakukan tentu saja mulai memperbaiki mental bangsa dengan mulai menghindari praktik suap kecil-kecilan yang sering kita lakukan: berdamai dengan hukum melalui uang suap saat ditilang, mengirimkan uang amplop untuk mempercepat proses pembuatan dokumen di pemerintahan dan bentuk suap lain. Memulai dari hal yang kecil dan dari diri sendiri pasti akan memberikan dampak yang lebih besar bagi perbaikan sistem perwakilan negara ini.

Dapat dibaca pula di: Kedaulatan Rakyat - Suara Mahasiswa tanggal 23-09-2010
Download this article here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

change post's font color

 
Sign In | BloggerThemes | About Me | Contact Me | Help | Usage Rights

Copyright © 2011 THE WAY TO THE DAWN by Jaxo Leingod
Designed by Templatemo | Converted to blogger by BloggerThemes.Net