TALES OF A MERE CREATION WHO TRIES TO WALK TOWARD ITS TRUE SELF - HUMANITY IS ALWAYS ON JOURNEY

Selasa, 27 Juli 2010

Pergilah, dan Jangan Berbuat Dosa Lagi

PERGILAH, DAN JANGAN BERBUAT DOSA LAGI
Penyesalan, Pengampunan Dosa, dan Pemulihan Hidup
Sebuah Refleksi Kasus Video Panas


Pembuka

Mungkin saat ini kita sudah terbiasa dengan kehebohan kasus video panas yang melibatkan salah satu musisi papan atas negeri kita tercinta. Banyak dari kita, termasuk saya, yang mengikuti perkembangan penidikan kasus Ariel, Luna, dan Cut Tari ini. Saya yakin, tidak jarang pula yang bahkan sudah menonton video mesum tersebut (jujur, saya belum nonton, malas downloadnya XD). Berbagai pendapat dan spekulasi mencuat di sana sini mengenai kebenaran konten video itu. Para fans dan sahabat ketiga artis ini sering kita lihat memberikan penguatan kepada mereka untuk tetap tegar menjalani proses pemeriksaan. Namun tak jarang pula kita mendengar atau membaca hujatan dan makian kepada ketiga pekerja seni tersebut.

Seiring perjalanan penyidikan, beberapa waktu lalu Cut Tari mengadakan konfrensi pers untuk meminta maaf atas proses yang berjalan yang meresahkan banyak pihak. Luna Maya melakukannya pula sesaat kemudian. Banyak pihak masih merasa permintaan maaf ini tidak jelas arahnya. Banyak pula yang kemudian mempertanyakan kesungguhan permohonan maaf mereka, khususnya Luna Maya. Entah karena tekanan pihak luar atau pergolakan batin dalam dirinya, beberapa waktu kemudian Cut Tari akhirnya benar - benar mengakui bahwa dia memang ada dalam video panas tersebut.

Sampai sini saja saya mereview kasus yang sempat menjadi top tweet dan menggeser pemberitaan kasus bank Century ini. Saya yakin pembaca lebih tahu kelanjutannya. Selain itu, ada pesan yang sepertinya ingin disampaikan dari peristiwa ini.Mari kita sama - sama merefleksikannya. Semoga refleksi kecil ini sanggup membawa hidup kita satu langkah lagi semakin serupa dengan Kristus Yesus.

Perempuan yang berzinah

Ketika saya mengikuti kasus Ariel ini, saya teringat akan satu perikop dalam Alkitab kita yang kisahnya hampir serupa. Tentu pembaca juga ingat kisah di Injil Yohanes 7 : 53 - 8 : 11 ini.

"Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah." Yohanes 8:3

Dosa perzinahan adalah salah satu dosa yang mematikan bagi bangsa Yahudi. Dosa ini akan membawa pelakunya kepada hukuman mati, seperti tertulis di Imamat 20 : 10 dan Bilangan 22 : 22. Bentuk hukuman matinya terutama adalah dirajam, meskipun jika kita mencoba melihat lebih dalam tidak hanya hukuman rajam saja, seperti diambarkan dalam Yehezkiel 16:38-40 misalnya.

"Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah." Yohanes 8:6

Pada ayat 6, kita tahu bahwa ahli Taurat dan orang Farisi bermaksud mencobai Tuhan Yesus dengan membawa perempuan itu kepada-Nya. Tuhan Yesus seharusnya berada dalam sebuah dilema. Jika Dia berkata ya, perempuan itu harus dihukum mati, maka orang Farisi akan mempersalahkan-Nya atas mengambil kekuasaan pemerintah Roma, yaitu kuasa menetukan hidup dan mati. Selain itu, Dia juga akan dipersalahkan karena mengambil keputusan tanpa adanya pengadilan, main hakim sendiri, Di sisi lain, jelas bila Tuhan Yesus berkata tidak, Dia juga akan dipersalahkan karena tidak mematuhi hukum Taurat Musa. Dia seolah - olah berada dalam kesulitan.

Namun Dia Maha Bijaksana. Daripada menjawab pertanyaaan itu, Tuhan malah membungkuk di tanah dan menulis sesuatu. Banyak penafsir percaya bahwa yang ditulis Tuhan adalah kata - kata yang selanjutnya Dia katakan. Namun kita tidak perlu berspekulasi lebih jauh, karena pada ayat selanjutnya Tuhan mengutarakan "ide"-Nya.

"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Yohanes 8:7b

Dalam tradisi Yahudi, keputusan hukuman mati tidak bisa hanya berdasarkan seorang saksi saja. Berdasarkan Bilangan 17:6-7, kesalahan yang fatal tersebut (dalam hal ini zinah) harus diketahui pula oleh dua atau tiga saksi. Pelemparan batu pertama harus dilakukan oleh saksi - saksi ini sebagai bentuk pertanggung-jawaban atas keterangan (memberatkan) yang dia berikan kepada "hakim" atas kasus ini. Jika saksi tidak berani, tentu saja berarti dia sendiri tidak yakin si tersangka melakukan kesalahan yang bisa mendatangkan kematian atasnya tersebut.

Jika kita bandingkan dengan kejadian waktu Tuhan Yesus, saya kagum dengan keberanian Tuhan untuk menyatakan pernyataan di ayat 7b ini. Padahal di ayat 3 kita baca bahwa perempuan tersebut memang sudah kedapatan berzinah. Keberanian-Nya tentu saja karena pengetahuan bahwa tidak akan ada orang yang berani memikul tanggung jawab atas nyawa perempuan itu sementra mereka sendiri masih berdosa. Akhirnya orang - orang kemudian pergi tanpa menghakimi wanita itu.

"Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Yohanes 8:11b

Tuhan yang tidak berdosa juga tidak menghukum perempuan ini. Jika kita lihat pula pada ayat 15 (perikop selanjutnya) Tuhan Yesus tidak menghakimi menurut ukuran manusia. Tidak pada penampilan luarnya.

Harapan akan Pengampunan

Kasus video porno ini tentu saja membuat kita seolah - olah berada dalam posisi orang banyak yang bersama ahli Taurat. Kita menantikan apa yang akan terjadi dengan para pelakunya. Kita antusias dan "geregetan" untuk melihat mereka dihukum. Hujatan dan makian bahkan mungkin keluar dari mulut kita terhadap mereka. Bahkan permohonan maaf yang sudah disiarkan pun tidak cukup untuk memuaskan kita karena kita ingin melihat para pelaku "mati". Kita ingin "keadilan". Namun apakah memang kita menginginkan "keadilan" itu?

Perempuan yang berzinah dalam kisah Tuhan Yesus sudah tidak bisa berbuat apa - apa. Seperti kita sering dengar, perempuan dan anak kecil di tradisi Yahudi adalah "setengah" manusia. Derajatnya lebih rendah dari laki -laki. Di posisi normal saja perempuan memiliki kesulitan mengutarakan idenya, apalagi di posisi bersalah seperti ini. Perempuan ini mungkin ingin berkata, "aku mneyesal, ampuni aku". Namun itupun percuma, sudah tidak ada ampun untuk dosanya. Dia harus mati.

Namun ternyata Tuhan Yesus memberikan suatu harapan baru. Jalan keluar ilahi yang orang banyak tidak bisa pikirkan. Dia yang tidak berdosa, yang berhak menghakimi justru tidak melihat kesalahan perempuan ini. Dia melihat ke depan melampaui dosa perempuan ini. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi, kata-Nya.

Jika Tuhan saja mengampuni, tentu kita juga harus mengampuni orang yang bersalah pada kita. Kita tidak lebih suci daripada orang yang kita hakimi. Apalagi jika orang tersebut sudah meminta maaf pada kita. Perempuan yang tidak bisa minta maaf saja Tuhan ampuni, tentu saja perlu untuk kita juga mengampuni orang yang minta maaf kepada kita.

Hukuman dan Pemulihan Hidup

Hukuman dan pengadilan harus dijalankan, karena itu Tuhan tidak berkata "Tidak" saat ditanya bagaimana jawaban atas kasus-Nya saat itu. Itu adalah konsekuensi yang harus dijalani. Orang yang tulus memohon ampun pasti akan seumur hidup merasakan penyesalan atas dosanya itu. Itulah "hukuman" baginya.

Namun disaat yang sama, dia juga akan bersyukur atas pengampunan yang telah diberikan kepadanya. Dengan pengampunan itu, orang akan mengalami suatu pemulihan hidup ke arah kedewasaan. Dia akan senantiasa mencoba untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Pengampunan yang kita lepaskan akan memulihkan hidup orang yang kita ampuni, seperti saat perempuan itu diampuni oleh Tuhan.

Dari segi orang yang memberikan pengampunan, orang tersebut juga akan mengalami pemulihan diri. Kesalahan orang lain yang menyebabkan ke"sakit"annya saat ini akan lepas dari dirinya karena pengampunan yang dia berikan. Luka batin berangsur - angsur akan pulih karena tidak ada lagi dendam dan akar pahit yang mengikat. Dengan demikian si pengampun akan pula memiliki hidup yang "hidup" kembali, penuh dengan damai sejahtera.

Penutup

Dalam pelayanan kita di dunia, tentu banyak orang dengan berbagai kepentingan yang singgah di hidup kita. Tidak jarang kepentingan dan perilaku mereka justru menyakitkan kita. Namun mari kita belajar bersama untuk tidak menghakimi dan justru mengampuni bahkan orang yang tidak kita kenal, seperti ketiga artis tersebut. Karena ketika kita mengampuni, damai sejahtera akan mengalir. Kita tidak lagi dipenuhi dengan pikiran dan hawa nafsu untuk melihat mereka "mati". Tidak mudah memang, namun mari belajar seperti Tuhan Yesus yang berkata,"Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Amin, Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

change post's font color

 
Sign In | BloggerThemes | About Me | Contact Me | Help | Usage Rights

Copyright © 2011 THE WAY TO THE DAWN by Jaxo Leingod
Designed by Templatemo | Converted to blogger by BloggerThemes.Net