TALES OF A MERE CREATION WHO TRIES TO WALK TOWARD ITS TRUE SELF - HUMANITY IS ALWAYS ON JOURNEY

Minggu, 06 September 2009

Bintang tanpa Nama (Part 2)

Bintang pulang ke kosnya. Ada yang salah dengan nama di pintu itu.
Sepertinya itu bukan namanya.
Bintang ingin memperbaikinya namun dia terhenti.
Beberapa pekerjaan laporan berkaitan dengan modelling masih harus ia kerjakan.
Berlalu ia ke dalam kamar.
______________________________________________________________

"Ada yang hilang dari namamu, Nak" kata nenek penjaga kos.
"Tak apa - apa Nek." "Nanti saya perbaiki."
"Baiklah, saya letakkan bagian yang hilang di dekat TV ini."
"Oke, terima kasih Nek." Bintang menyahut tanpa melihat.
Nenek pergi setelah memandang sejenak kepada Bintang yang sibuk
dan stress akan pekerjaannya ber-model.

Bintang tenggelam.
Tenggelam dalam kesibukan sekaligus tekanan mendalam yang luar biasa.
Semakin dia kerjakan, semakin dia tertekan.
Semakin dia tertekan, semakin dia tenggelam.
Semakin dia tenggelam, semakin dia mengerjakan mati - matian pekerjaannya.
Berputar dan berputar terus di lingkaran emosi dan kebingungan yang dalam.
Semakin dan semakin dalam ia tenggelam.
______________________________________________________________

[Ding Dong Ding Dong] [SNAP!!!] Bintang terhenyak dari lelapnya.
Pekerjaannya yang menekannya membuatnya lelah dan tertidur di meja.
Jam menunjukkan jam 1.30 malam.
"Sudah larut" pikirnya. "Pekerjaanku belum selesai..."
"[sigh] Aku lembur lagi saja..."

["Ada yang hilang dari namamu, Nak"]
Teringat dia kata - kata nenek.
Pandangnya tertuju pada potongan namanya di atas TV.
Sejenak ia berhenti. Memegang potongan itu dan mencoba mengenalinya.
Segera Bintang ke luar untuk mencocokannya.
"Ia, cocok." "Tapi nantilah itu..."
"Ini sudah larut, aku harus segera menyelesaikan pekerjaanku..."

Berlalulah ia, tanpa memperbaiki, tanpa melakukan apa - apa.
Masuk ke dalam kamar sunyi dengan namanya yang salah.
_______________________________________________________________

Bintang kembali pada rutinitasnya sebagai model.
Ia masih menunggu keputusan sang Produser.
Sambil tetap merenung, ia menunggu panggilannya naik panggung.
Gundah, grogi, dan takut melingkupinya.
Ia baru beberapa bulan bernaung di dunia ini hingga keputusan itu diambil.
Karirnya menanjak cukup cepat sehingga Produser mempertanyakan keputusannya.

Mencoba menikmati keberadaannya saat ini, ia bersiul - siul kecil.
"Dapat menghilangkan stress..." pikirnya.
Heran memang, masih grogi dan takut naik panggung sekalipun populer.
Seharusnya itu menjadi kebanggaan dan kesenangannya.
Tapi tidak begitu.

"Fu... fu... fu..."
Pikirannya terus melayang mencoba menghindari panggung.
Jam berdetak. Semakin dekat waktu tampil...
Bintang berkeringat dingin. Belum pernah dia setakut ini.
Aneh. Sudah sering tampil, tapi tetap takut.

"Ini waktunya." Kata pembantu panggung.
... ... Bintang terhenyak, tapi tetap terdiam mencoba menguasai dirinya.
Pemikiran demi pemikiran membuatnya semakin grogi dan takut.
Namun dia tetap berdiri dan berjalan.
Show dimulai.
_______________________________________________________________

Malam melarut. Bintang pulang ke kamar kosnya yang kecil.
Ada yang salah dengan nama di depan kamarnya.
Seperti bukan namanya.

Bintang merebahkan tubuhnya yang lelah.
Seharian bekerja dengan banyak tekanan batin membuatnya sangat lelah.
Terngiang dalam otaknya keputusan yang dia utarakan pada Produser.
Dia mempertanyakan sendiri keputusan yang dia ambil.

"Apa ini tepat?" "Aku sudah mapan di sini..."
"Orang biasa takkan melepaskannya begitu saja."
"Apa aku ini? Orang aneh???"

"Hebat kamu!" "Keren!" "Slamet ya, pasti kamu akan sukses!"
teringat Bintang akan kata teman-teman se-audisinya.

"KAMU BRILIAN!!! SEMUA MENCINTAIMU!"
Kata - kata Produser juga melintas.

"Apa memang ini tempatku?" "Mungkin memang ini tempatku..."
"Bagaimana jika ini MEMANG tempatku...?"

Ribuan tanya berputar di kepalanya.
Seakan menghakiminya dan membuat Bintang makin bingung dengan keadaannya.

Lelah. Akhirnya Bintang tertidur.

"Ada yang hilang dari namamu, Nak" "Tak apa - apa, Nek. Nanti saya perbaiki."

"Nanti..."

_______________________________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

change post's font color

 
Sign In | BloggerThemes | About Me | Contact Me | Help | Usage Rights

Copyright © 2011 THE WAY TO THE DAWN by Jaxo Leingod
Designed by Templatemo | Converted to blogger by BloggerThemes.Net